Mowning Everyone!😀
Pagi ini bakalan ada postingan puisi lama yang penulis buat ketika masih duduk dibangku JHS. Walaupun lama tapi puisi ini adalah salah satu puisi yang membawa nama sekolah penulis di Perayaan Bulan Bahasa Se-Provinsi Riau. ehaaaa Check it out!
Cukup
Kata yang tidak berarti
Ranah Melayu
Ranah kaya
Untuk penggali berkah dan sumber ilmu
Mereka yang mampu menembus tanahnya
Melayang di airnya
Membuat sehelai daun
Menjadi suatu yang lebih dari bermakna
Kata yang tidak berarti
Ranah Melayu
Ranah kaya
Untuk penggali berkah dan sumber ilmu
Mereka yang mampu menembus tanahnya
Melayang di airnya
Membuat sehelai daun
Menjadi suatu yang lebih dari bermakna
Tapi mengapa
pantulannya lah yang banyak kutemukan
Mereka yang hanya mampu menginjak tanahnya
Yang tidak ingin membakar kulitnya
Menguras otaknya
Demi dunia pendidikan
Jalan lurus yang ditempuh
Seakan menjadi abu
Berterbangan tanpa arah tujuan
Pengakuan-pengakuan yang terdengar kurang adil
Terselip dalam angin bincangan penggali ilmu
Tidakkah ada hasratmu
Lalu Kemana marwahmu ?
Untuk megubah pijakan ranah melayu
Puisi yang berjudul "Mana Marwahmu" ini bermaksud mempertanyakan atau saling mengingatkan terlebih kepada kaum muda tentang harga diri, kepribadian atau nama baiknya, yang seharusnya melalui tangan mereka lah yang menjaga, memelihara dan terus berkarya untuk tanah melayu, tanah kelahirannya.
Melayu banget kan?? 😊
Puisi ini sengaja di sesuaikan penyampaian dan pembahasannya agar menggambarkan kehidupan dan ciri khas suku melayu, suku yang menjadi ibu di Provinsi kelahiran penulis. Seperti kata pepatah "Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung". Walaupun yang buat tidak ada berdarah melayu sama sekali tapi tidak ada salahnya kan? ehe