Menduduki
perguruan tinggi merupakan hal yang diimpikan oleh hampir setiap generasi.
Hanya saja tidak semua mimpi itu berubah wujud menjadi cerita nyata. Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang akhir-akhir ini berganti nama menjadi
Politeknik Keuangan Negara STAN (PKN STAN) memang dapat dibilang sekolah
kedinasan impian. Proses masuk nya yang tidak mudah dan harus menyisihkan puluhan
bahkan ratusan ribu pendaftar dari berbagai daerah membuat semua kalangan
penasaran.
Di
tahun 2013 kala itu, PKN STAN masih bernama STAN beruntungnya sedang membuka
penerimaan mahasiswa baru. Berita gembira ini menjadi pembuka halaman baru yang
sebelumnya telah saya tutup di akhir masa putih abu-abu. Namun dikarenakan
pendaftarannya yang lama dan terbilang paling akhir dibandingkan universitas
lain maka saya memutuskan untuk mengikuti jalur SNMPTN terlebih dahulu, dan
ternyata jalur itu lah yang menghantarkan saya ke salah satu universitas negeri
di Indonesia, Universitas Andalas, atau sehari-hari di sebut UNAND.
Singkat
cerita saya yang juga mengikuti ujian saringan masuk STAN yang berlangsung di
Pekanbaru kala itu harus bolak balik antar kota antar provinsi untuk terus
hadir dan mengikuti prosesnya, dengan tidak lewat satu bagian pun. Saya yang
masih terbilang belum di percaya untuk kemana-mana sendiri terpaksa harus
merepotkan banyak pihak, dari papa yang menemani tes kesana kemari, sampai
semua saudara dan bahkan keluarga temen pun ikut di repotkan *maafiiin :(...
Rangkaian tes demi tes saya lalui, mulai dari pemberkasan, ujian tertulis yang
bikin dag-dig-dug nya susah hilang, wawancara dengan pertanyaan nya yang unpredictable, hingga tes kesehatan yang
membiasakan saya sering jogging pagi sore demi “terlihat” sehat –pun akhirnya
terlewati dengan lancar. Tentu saja semua pencapaian dari proses satu ke proses
lainnya tidak lepas dari doa dan ridho orang tua. Ya, Maha Besar Allah, saya
dinyatakan lulus dan menjadi salah satu dari mahasiswi Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara a.k.a PKN STAN.
Satu
minggu dua minggu berlalu, UNAND, universitas pertama saya, memberikan saya
banyak alasan untuk menjadi benar-benar terkesan. Dengan jurusan yang saya
ambil dan berbagai proses yang saya lakukan di acara-acara dan kegiatan nya,
lingkungan, teman, dan semua yang berada disekitarnya membuat rasa berat untuk
melepas itu muncul dan semakin kuat. Ya Allah, memang benar bahwa Ia maha
membolak-balikkan hati manusia. Sekarang saya berada pada dilema, lanjut atau
pindah.
Dengan
usaha memohon doa dan saran kesana kemari, khususnya orangtua, akhirnya saya
memutuskan untuk memilih STAN menjadi tempat pendidikan saya selanjutnya. Dan pindahan
pun segera di rencanakan, keesokan harinya saya meluncur ke kota kelahiran saya
dan bersiap menuju Jekardah wuuu.
Proses
mencari kos serta beradaptasi pun dimulai. STAN memiliki lingkungan yang hampir
semua orang seharusnya mudah menyenanginya, dengan luas yang terbilang kecil
dibanding universitas negeri pada umumnya membuat kegiatan-kegiatan mahasiswa
nya terpusat, sehingga menjadi wadah mahasiswa untuk saling bertegur sapa.
Lingkungan di STAN yang terkenal karena rawan D.O (drop out) nya mengajarkan saya tentang apa itu tanggung jawab.
Bukan hanya tanggung jawab remeh temeh belaka, tapi lebih menyangkut bagaimana
tanggung jawab kita menjaga hati dan nama orang tua.
Kegiatan belajar mengajar di STAN bisa di
bilang cukup efektif, kebanyakan dosen disana berasal dari STAN juga dulunya,
sehingga bukan hanya proses belajar yang dilakukan di kelas, tapi juga proses sharing ala-ala adik dan kakak tingkat.
Bagian sharing merupakan bagian yang
saya tunggu-tunggu, bagaimana mereka mengenalkan dunia nyata yang kelak akan
kami tempuh dan pengalaman-pengalaman mereka yang WOW dan TOP abis. Dari sana
saya mengerti kalau dunia saya bukan hanya sekedar kuliah dan tidak ter-D.O
saja, tapi lebih ke bagaimana saya menciptakan agar masa kuliah saya dapat saya
kenang dan dapat menghantarkan saya ke dunia nyata nanti dengan tidak ada
penyesalan sedikitpun terhadap proses yang saya lalui sebelumnya.
Pertemanan
di STAN juga bisa dibilang hampir semua memberikan pengaruh positif. Kami yang
berasal dari sabang sampai merauke, dengan semua pernak-pernik suku, agama, ras
yang berbeda tidak menjadi penghalang, melainkan hal itulah yang memberikan
rasa tarik tersendiri. Cerita-cerita menjadi lebih berwarna, dengan pengalaman
dan adat di setiap daerah masing-masing yang wajib untuk kami kenalkan satu
sama lain membuat pengetahuan saya tentang Indonesia menjadi bertambah, belum
lagi makanan khas yang setiap pulang menjadi oleh-oleh tambahan untuk kami-kami
yang penasaran, saling bertukar rasa dan selera masing-masing yang ternyata semua nya unik dan enak enaaak
^^
Setiap
kali masa ujian datang, baik itu UAS ataupun UTS, sebagian besar mahasiswa nya
berubah menjadi tipe mahasiswa yang haus akan ilmu. Bukan kutu buku, namun
lebih ke rasa takut yang terkadang berlebihan bahwa nantinya malah akan mengecewakan
orang tua, bahkan membuat orang-orang sekitar nya pun ikut malu. Belum lagi
info dan pengumuman sana sini yang menceritakan tentang bagaimana ujian di STAN
membuat rasa takut itu menjadi lebih kuat. Namun untungnya STAN memiliki mahasiswa
yang pada umumnya memiliki sifat saling menguatkan, bukan menjatuhkan. Sehingga
proses belajar dapat dilakukan bersama-sama agar bisa bertukar ilmu dan membuat
rasa takut dan panik perlahan menghilang. Ujiannya yang bersifat universal
dalam arti semua soal dibuat sama untuk semua kelas walaupun dosen yang
mengajarnya berbeda membuat belajar bersama selalu menjadi pilihan terbaik.
Selain
cerita-cerita diatas, masih banyak hikmah lain yang bisa didapat di STAN. Salah
satunya kegiatan keagamaan yang masih
kuat keberadaannya. Dari kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut menciptakan
orang-orang yang semakin baik setiap harinya. Selagi masih di STAN,
kegiatan-kegiatan untuk menambah ketenangan rohani sangat mudah ditemukan,
tinggal dari kitanya sendiri mau mengikuti kegiatan yang mana.
Tidak
heran tiga tahun di STAN memberikan saya banyak keluarga baru yang bertambah
setiap tahunnya, pengalaman-pengalaman yang menguji mental pun berhasil
menambah soft skill kami secara tidak langsung. Rasa tanggung jawab dan setia
kawan, kemampuan menari, menyanyi, auditting,
bermain alat musik, olahraga, bela diri, tampil di depan umum dan masih banyak
lagi hingga tidak terhitung jumlahnya.
Dan
yang pasti, di STAN lah yang membuat saya banyak bertemu dengan orang-orang
berpengaruh di negeri ini. Orang-orang yang ternyata memiliki sifat rendah hati
dan cinta tanah air. Orang-orang yang anti banget sama yang namanya korupsi.
Yang orang luar mengatakan bahwa STAN itu tempat para koruptor dapat saya
buktikan bahwa pernyataan itu SALAH BESAR. Kami disini dilatih dan diajarkan
dengan baik untuk membangun inovasi-inovasi untuk Indonesia, bukan
menghancurkan. Kami disini dibimbing agar indonesia semakin kaya dengan ide-ide
baru yang nantinya menjadi lahan penghasilan untuk negeri, bukan malah
mengambil alih penghasilan tersebut untuk kepentingan pribadi. STAN a.k.a PKN
STAN, disanalah tempat banyak hikmah mengalir, menghasilkan generasi-generasi
berguna, dan menjadi ladang untuk orang-orang yang ingin terus maju dan
berkarya.